Senin, 09 Maret 2009

Al-Qur'an Menanggapi !!!

Nilai Toleransi Qur’ani

Oleh : Mawaddah Idris[*]

Assalamu’alaikum ya ikhwani wa akhwati fillah !

Salam sejahtera untuk umat manusia seluruh alam. Syukur pada Allah atas segala karunia-Nya dan Shalawat serta salam pada junjungan alam, Muhammad saw yang telah dianugerahi risalah kenabian sebagai tanda Kebesaran-Nya.

Selembar kertas berisi ulasan singkat ini diangkat mengingat bahasan toleransi memiliki nilai urgensitas yang tinggi dalam mewujudkan kerukunan umat, baik intern, maupun ekstern. Karena tak bisa dipungkiri, tuntutan zaman mengajak kita untuk berpikir lebih cemerlang dan fleksibel dalam menanggapi fenomena yang terjadi akhi-akhir ini. mengatakan bahwa dalam bertoleransi setidaknya ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu :

Pertama, mengakui perbedaan dan keberagaman. Dalam hal ini, keberagaman tidak hanya dalam ranah antar-agama, namun dalam intra-agama pun terdapat keragaman dan perbedaan yang tak kalah kayanya. Dalam islam telah terbentuk berbagai macam aliran, mazhab dan gerakan yang telah memperkaya khazanah islam. Perbedaan adalah sunnatullah yang tak harus diperdebatkan, namun diambil sisi baik yang terkandung didalamnya sebagai pilar pemersatu umat.

Kedua, mencari titik temu. Langkah ini merupakan langkah lanjutan yang harus tertanam dalam jiwa umat muslim, biarlah umat agama lain memiliki syari’at yang berbeda, namun fondasi keberimanan adalah sama. Lakum diinukum waliyadiin.

Adapun cara paling aman dalam menanggapi hal ini adalah, berpegang teguh pada al-Qur’an sebagai kitab yang menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia, yang mengantarkan manusia ke jalan kebaikan dan takwa. Begitu pula dengan Sunnah, adalah penjelas hukum-hukum dan segala hal ihwal yang terdapat dalam kitabullah. Sikap toleransi yang dicontohkan Al-Qur’an, Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesunggunya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-mumtahanah: 8-9).

(RENUNGAN) Bersyukurlah kita telah dilahirkan dari rahim seorang muslimah, anugerah itulah yang seharusnya kita sadari sejak dini, nikmat yang tak dimiliki oleh semua manusia. Wujud rasa syukur itu sebaiknya diaplikasikan dalam kehidupan kita selaku muslim dengan tidak menyekutukan Allah swt. dengan sesuatu apapun, dan berusaha menjalankan segala perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Menyikapi gema toleransi yang dikumandangkan akhir-akhir ini, sebagai seorang muslim yang sangat menjunjung al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia, dan Sunnah sebagai pengiringnya, haruslah bersikap positif dan fleksibel dalam menanggapinya. Mampu membedakan mana yang termasuk toleransi qur’ani, dan mana yang merupakan kebebasan semu namun berdalih al-Qur’an. Jangan biarkan kaum misionaris meluluh lantakkan pemahaman aqidah yang selama ini kita jaga.Toleransi yang diberikan Allah sudah lebih dari cukup. Patutkah kita meminta untuk diringankan kembali? Agama islam itu mudah, namun jangan dipermudah, jangan kambing hitamkan al-Qur’an untuk membenarkan sebuah kebebasan. Selain itu, untuk meminimalisir timbulnya penyimpangan, setiap ada berita yang datang, haruslah diteliti kebenarannya, agar kita tidak ditimpa kemudharatan akibat keterbatasan pengetahuan dan kecerobohan kita.

Demikianlah, semoga apa yang telah kita usahakan saat ini dan di masa akan datang senantiasa dalam Ridha-Nya. Amin.

Wabillahi at-Taufiq wa al-Hidayah.



[*] Mahasantri Pesantren IAIN Sunan Ampel Surabaya asal Nanggroe Aceh Darussalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar